Pemerhati Anak Retno Listyarti Minta Tindak Tegas Perang Sarung Yang Diisi Besi dan Sajam
Jakarta, tempoNews - Perang Sarung yang kerap kali terjadi saat bulan Ramadhan kerap kali memakan korban. Terbaru perang sarung antara dua kelompok pemuda di Mandalawangi, Kabupaten Pandeglang memakan korban jiwa hingga menyebabkan satu remaja tewas.
Pada 25 maret 2023, aksi perang sarung di Pasar Kemisn, Tangerang (Banten) Kembali memakan korban jiwa, polisi mengamankan 18 remaja yang terlibat beserta barang bukti.
“Ternyata, sarung tidak kosong, namun ada yang dimasukkan pipa hingga besi. Inilah yang berakibat fatal ketika mengenai lawan,” ujar Retno Listyarti, Pemerhati Anak dan Pendidikan.
Pergeseran Makna Perang Sarung
Tradisi Perang Sarung awalnya merupakan permainan para remaja untuk mengisi kegiatan di bulan Ramadhan, yang biasanya dilakukan usai sahur dan sholat subuh. Tradisi permainan ini ditemui misalnya di Banyumas, Jawa Tengah.
“Di wilayah Banyumas, Perang Sarung lebih seperti permainan, dimana sarung yang ujungnya diangkat dan berbentuk bulat bertujuan untuk dijadikan senjata menyerang lawan bermain, namun tidak terasa sakit. Sehingga para pemain hanya tertawa tawa ketika terkena ujung sarung lawan”, ungkap Retno.
Retno menambahkan, dalam permainan Perang Sarung, umumnya memang 2 kelompok yang akan saling berhadapan itu janjian terlebih dahulu untuk bertemu dan bertanding perang sarung.
Namun, belakangan permainan ini berubah jadi tawuran atau perkelahian antar kelompok. Dimana tujuannya bukan untuk bermain, mengisi waktu luang dan bersenang senang, akan tetapi tujuannya untuk melukai atau melumpuhkan lawan, bahkan belakangan ujung sarung dimasukan batu bahkan ada juga besi sehingga ketika dipukulkan ke pihak lawan akan terasa sakit bahkan terluka. Jika mengenai kepala atau mata akan sangat fatal dampaknya, ini yang menyebakan kemudian menimbulkan korban jiwa.
Inisiatif Pencegahan Dari Masyarakat Dan Penindakan Tegas Oleh APH
Penggeseran Perang Sarung yang awalnya hanya permainan mengisi waktu yang kemudian berubah menjadi Perang dalam arti sesungguhnya, penuh kekerasan dan bertujuan melukai serta melumpuhkan lawan tentu perlu dicegah oleh semua pihak, dan perlu ditindak tegas oleh aparat penegak hukum (APH). Tujuannya agar ada efek jera dan tidak ada korban terluka, apalagi sampai meninggal dunia.
“Para orangtua dan guru di sekolah perlu melakukan edukasi pada anak-anak agar mengisi kegiatan bermanfaat di bulan Ramadhan, dan tidak melakukan Perang Sarung jika niatnya adalah untuk melukai lawan, sehingga sarung diisi dengan benda-beda tumpul dan tajam”, ujar Retno.
Retno menambahkan, Pengawasan media social anak juga bisa dilakukan bersama-sama antara guru dan orangtua, karena umumnya janjian Perang Sarung dilakukan melalui media social.
Pengawasan orangtua berperan sangat penting untuk memastikan bahwa sehabis saur, anak-anak yang ijin hendak sholat subuh berjamaah ke masjid tidak melakukan Perang Sarung.
“Masyarakat sekitar juga harus berpartisipasi aktif melakukan pencegahan dan segera lapor jika ada hal hal yang mencurigakan ketika ada sejumlah anak tampak berkumpul sambal membawa sarung yang ujungnya diikat.
"Pencegahan bisa dilakukan dengan mengontak RT/RW sekitar atau melaporkan ke nomor polisi terdekat dari lokasi. Patroli APH juga sangat penting, ada sejumlah rencana Perang Sarung dapat dibubarkan aparat yang sedang berpatroli," pungkas Retno. Rill/RED