Bahas Isu Sara di Pemilu, PP GPII Gelar Bincang Politik 58
Jakarta, tempoNews - Pimpinan Pusat Gerakan Pemuda Islam Indonesia (PP GPII) Bidang Sosial Politik menyelenggarakan 'Bincang Politik 58' dengan tajuk "Pemilu Bersih Tanpa Isu Sara, Indonesia Bersatu dalam Bingkai Bhineka Tunggal Ika".
Pemilu 2024 yang sudah didepan mata memantik Pimpinan Pusat Gerakan Pemuda Islam Indonesia Bidang Sosial Politik untuk ikut memeriahkan penyambutan menuju Pesta Demokrasi 2024.
Bertempat di Kantor PP GPII, Jalan Menteng Raya 58, diskusi Bincang Politik 58 yang menghadirkan Masri Ikoni (Ketua Umum PP GPII), Muhammad Isnaini (Relawan Anies), Bima Muttaqa (Ganjar Pranowo Center), Adang Taufiq Hidayat (Relawan Prabowo) dan diramaikan puluhan peserta dari kalangan mahasiswa, pemuda dan masyarakat umum. Senin (13/3/2023).
Bincang Politik 58 ini dibuka oleh Mohammad Rivaldy Dochmie sebagai moderator.
Ketua Umum PP GPII Masri Ikoni menyampaikan, bahwa Indonesia merupakan negara demokrasi yang menjunjung toleransi dan perbedaan sehingga perlu menjaga NKRI dari isu-isu sara dan politik identitas.
"Indonesia adalah negara demokrasi, terdiri dari berbagai macam suku, agama, dan budaya. Sudah sewajarnya kita menjunjung tinggi nilai-nilai toleransi dan waspada terhadap isu sara dan politik identitas," papar Masri Ikoni.
Hal yang sama disampaikan Adang Taufiq Hidayat, bahwa pentingnya menjaga perasaan orang lain, yang berbeda suku, agama dan ras antar golongan.
"Kita perlu menjaga perasaan saudara-saudara kita. Jangan sampai ajang kontestasi politik, justru menjadi sumber perpecahan," ujar Adang dalam sesinya.
Melanjutkan Adang, Bima Muttaqa juga menyoroti dampak dari politik identitas ini, yakni perpecahan atau disintegritas.
Bima mengungkapkan bahwa dampak dari isu sara, hoax, dan politik identitas adalah perpecahan yang merupakan agenda dari pihak-pihak yang ingin menghancurkan kedaulatan bangsa Indonesia.
"Efek dari isu sara, politik identitas, dan hoax adalah perpecahan, jangan sampai kita diadu domba oleh pihak asing yang ingin menghancurkan kedaulatan bangsa Indonesia," tutup Bima di akhir sesi pemaparannya.
Dilanjutkan, Muhammad Isnaini menyampaikan bahwa Identitas bukanlah halangan untuk seseorang berpolitik, tapi justru jangan sampai karena identitas orang kehilangan kesempatan untuk menjadi pemimpin bangsa.
Ia menyatakan bahwa, seseorang tidak dapat memilih suku atau identitas nya tapi jangan sampai karena identitas yang diberikan oleh Tuhan, seseorang dihalangi karier politiknya untuk menjadi pemimpin bangsa.
Di akhir diskusi Bincang Politik 58 ini, para narasumber dengan peserta bersama-sama mendeklarasikan kesiapannya untuk mewujudkan Pemilu 2024 yang bersih tanpa isu SARA.
Sambil mengepalkan tangan bersama, para narasumber dan peserta bersama-sama menyatakan "Kami Pemuda, Mahasiswa, Masyarakat dan Seluruh Relawan yang Hadir Sepakat Akan Melaksanakan Pemilu yang Tertib, Damai, Berintegritas, Tanpa Hoax, Isu Sara dan Politik Identitas. Rill/RED